Asal Usul Festival Qing Ming (Cheng Beng)

kisah asal usul festival qing ming (cheng beng)Asal Usul Hari Cheng Beng (Qing Ming) – Banyak sekali cerita dan kisah tentang asal usul Festival Qing Ming (Cheng Beng) yang beredar di masyarakat tionghoa, diantaranya seperti yang mengenai Kaisah pertama Dinasti Han Liu Bang (Tahun 200-an SM) dan juga Kaisar pertama Dinasti Ming Zhu Yuan Zhang (Tahun 1300-an). Tetapi kalau ditelusuri tahun terjadinya, maka cerita atau kisah mengenai Jie Zi Tui yang terjadi sekitar tahun 600-an sebelum Masehi pada zaman Musim Semi Gugur merupakan tahun yang paling awal mengenai Festival Qing Ming [清明节](hari Cheng Beng).

Pada Zaman Musim Semi Gugur (Chun Qiu [春秋时代]),  selir (Istri Raja) dari Raja  Jin Xian Gong [晋献公] yang bernama Li Ji [骊姬] ingin anak kandungnya Xi Qi [奚齐] naik tahta menjadi Raja Jin sehingga menggunakan berbagai cara dan taktik untuk mencelakakan Pangeran Shen Sheng [申生] . Akhirnya, Pangeran Shen Sheng terpaksa untuk bunuh diri. Sedangkan Adik Pangeran Shen Sheng yang bernama Zhong Er [重耳] memilih untuk mengasingkan diri dan keluar dari Istana untuk menghindari bencana yang sama dengan kakaknya. Dalam Pengasingannya, banyak kesulitan dan penghinaan yang dideritanya.  Satu per satu Pejabat yang mengikuti Zhong Er dalam pengasingan meninggalkan Zhong Er karena tidak tahan dengan kondisi penderitaan yang dialami  mereka. Sehingga hanya sisa beberapa Pejabat Setia saja yang masih mengikuti Zhong Er, salah satu diantara para pejabat yang masih setia mengikuti Zhong Er adalah Jie Zi Tui [介子推]. Suatu hari, Zhong Er pingsan karena tidak tahan dengan kelaparan, Jie Zi Tui memotong daging kakinya sendiri dan kemudian memanggang daging tersebut untuk dimakan oleh Zhong Er. Sembilan belas (19) tahun kemudian, Zhong Er berhasil pulang ke Negaranya dan naik tahta menjadi Raja yang dikenal dengan Raja Jin Wen Gong [晋文公]

Setelah Jin Wen Gong naik tahta menjadi Raja Negara Jin, beliau langsung memberikan penghargaan kepada mereka yang telah setia mengikutinya pada saat pengasingannya. Tetapi satu-satunya yang Raja Jin Wen Gong lupakan adalah Jie Zi Tui, yaitu orang yang telah memberikannya makanan (daging Jie Zi Tui sendiri) saat pingsan. Begitu ada yang mengingatkan Raja Jin Wen Gong mengenai Jie Zi Tui, Raja Jin Wen Gong langsung merasakan saat sedih dan bersalah karena telah melupakan orang yang begitu berjasa kepadanya. Beliau langsung memerintahkan orang untuk mengundang Jie Zi Tui ke Istana untuk memberikan penghargaan.

Undangan tersebut selalu ditolak oleh Jie Zi Tui, akhirnya Raja Jin Wen Gong memutuskan untuk mengundangnya sendiri ke Rumah Jie Zi Tui. Tetapi yang didapat adalah rumah yang kosong dan pintunya tertutup rapat. Jie Zi Tui tidak ingin menemui sang Raja dan telah meninggalkan rumah tersebut menuju ke  tempat persembunyiannya dalam Gunung Mian [绵山] . Raja Jin Wen Gong memerintahkan Pengawal Pribadinya untuk melakukan pencarian dalam Gunung Mian, tetapi tidak ditemukan juga. Kemudian ada Pejabat yang mengusulkan untuk membakar Gunung Mian di 3 arah, sisakan 1 arah saja untuk jalan keluar Jie Zi Tui. Usulan tersebut akhirnya disetujui oleh Raja Jin Wen Gong dan memerintahkan pembakaran Gunung Mian. Api tersebut membakar Gunung Mian selama tiga hari tiga malam sampai padam dengan sendirinya, tetapi Jie Zi Tui tidak keluar dari Gunung Mian Juga.

Raja dan para pengawalnya pun menuju ke dalam Gunung Mian untuk mencari Jie Zi Tui, tetapi yang ditemukannya adalah Mayat Jie Zi Tui beserta Ibunya di dekat sebuah Pohon Liu [柳树] besar. Raja Jin Wen Gong menatap mayat Jie Zi Tui sambil menangis dengan sedih.  Di Pohon besar tempat dekat mayat Jie Zi Tui terdapat sebuah lubang yang disumbat oleh sesuatu, rupanya adalah kain yang bertuliskan sebuah puisi :

割肉奉君尽丹心,但愿主公常清明。
Gē ròu fèng jūn jǐn dān xīn, dàn yuàn zhǔ gōng cháng qīng míng
柳下作鬼终不见,强似伴君作谏臣。
Liǔ xià zuo guǐ zhōng bù jiàn, qiáng sì bàn jūn zuò jiàn chén
倘若主公心有我,忆我之时常自省。
Tǎng ruò zhǔ gōng xīn yǒu wǒ, yì wǒ zhī shí cháng zì xǐng.
臣在九泉心无愧,勤政清明复清明
Jiǔ quán xīn wú kuì, qín zhèng qīng míng fù qīng míng

 

Sang Raja menguburkan Jie Zi Tui dan Ibunya di dekat Pohon Liu [柳树] dimana tempat mereka meninggal. Untuk mengenang Jasa-jasa Jie Zi Tui, Raja Jin Wen Gong kemudian menggantikan nama Gunung Mian menjadi Gunung Jie [介山] dan menetapkan hari membakar gunung sebagai hari “Han Shi Jie [寒食节]” serta menghimbau rakyatnya untuk tidak melakukan pembakaran dan menyalakan api serta hanya makan makanan dingin pada hari tersebut.

“Han Shi Jie [寒食节]” Jika di terjemahkan langsung ke dalama bahasa Indonesia adalah “Festival Makanan Dingin”

Pada Tahun kedua, Raja Jin Wen Gong beserta Menterinya mengunjungi Gunung Jie untuk melakukan pengenangan terhadap Jie Zi Tui. Pohon yang telah mati terbakar disamping kuburan Jie Zi Tui tersebut hidup kembali dan sangat indah. Sang Raja dan Menterinya kemudian membersihkan kuburan Jie Zi Tui dan menamai Pohon “Liu”[ 柳树] tersebut menjadi “Qing Ming Liu [清明柳] serta menggantikan nama hari tersebut menjadi Hari Qing Ming (Cheng Beng).

Setelah itu, Raja Jin Wen Gong selalu menyimpan Kain yang berisikan Puisi Jie Zi Tui di dalam lengan bajunya untuk mengingatkan diri agar selalu bijaksana dalam memerintah Negaranya.

Dan Memang, Negara Jin merupakan salah satu Negara diantara 5 Negara terkuat pada zaman musim Semi Gugur (Chun Qiu[春秋]).

Rakyat Negara Jin selalu mengenang jasa-jasa Jie Zi Tui membuat bentuk seekor burung walet dengan menggunakan tepung kemudian digantung didepan pintu rumah semua untuk memanggil Rohnya Jie Zi Tui dan dinamai dengan “Zi Tui Yen [之推燕]”. Selain itu, Rakyat Negara Jin juga hanya makan makanan yang telah disiapkan pada hari sebelumnya, tidak ada aktifitas masak makanan ataupun menyalakan api pada hari tersebut. Hari Qing Ming menjadi suatu Festival yang sang besar dan penting semenjak itu.
Baca Juga : Tradisi Cheng Beng dalam Masyarakat Tionghoa (Festival Qing Ming).

4 Comments

  1. Mantap infonya.
    Terus perbanyak artikel ttg tradisi budaya tionghoa di indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*