Sejarah Dinasti Jin Barat

Dinasti JinDinasti Jin Barat [西晋] (Tahun 265 – 316) adalah Dinasti yang didirikan oleh Keluarga Sima [司马]yang pada masa Tiga Kerajaan (Samkok) menjabat sebagai Panglima Jenderal di Kerajaan Wei. Dinasti Jin Barat berhasil menyatukan kembali daratan China dari perpecahan Tiga Kerajaan yaitu Kerajaan Wei [魏国], Kerajaan Shu [蜀国] dan Kerajaan Wu [吴国]. Kaisar Pertamanya adalah Sima Yan [司马炎] dengan gelar Kaisar Jin Wu Di [晋武帝].

Pada Masa Tiga Kerajaan (Samkok), Sima Yu [司马懿] yang menjabat sebagai Panglima Jenderal Kerajaan Negara Wei melakukan peperangan terhadap Kerajaan Negara Wu dan Kerajaan Negara Shu. Sima Yu memiliki jiwa kepemimpinan dan bakat perpolitikan serta keahlian militer yang tinggi sehingga berhasil menjadi orang yang paling berpengaruh serta memiliki kekuasaan yang tertinggi dalam Kerajaan Wei. Pada tahun 251, Sima Yu meninggal dunia, kedua Putranya Sima Shi [司马师] dan Sima Zhao [司马昭] menggantikan ayahnya menjadi Pejabat yang paling berkuasa dalam Kerajaan Wei. Sima Zhao kemudian menobatkan dirinya menjadi Raja Jin [晋王] dan mengangkat anak Sima Yan menjadi Putera Mahkota. Pada tahun 251, Sima Zhao meninggal dunia, anaknya Sima Yan memaksa Kaisar Wei yang bernama Cao Huan [曹奂] turun dari tahta Raja dan menggantikan Kerajaannya menjadi Dinasti Jin dengan menetapkan Ibukota di Luo Yang [洛阳]. Sima Yan kemudian dikenal sebagai Kaisar pertama Dinasti Jin dengan gelar Kaisar Jin Wu Di [晋武帝].

Satu-satunya Kerajaan yang tersisa pada masa Samkok (Tiga Kerajaan) yang masih belum disatukan kembali adalah Kerajaan Wu. Setelah naik tahta, Sasaran utamanya adalah membasmi Kerajaan Wu sehingga daratan China dapat dipersatukan kembali dibawah kekuasaan Dinasti Jin. Pada tahun 280, Pasukan Militer Jin menyerang kota Jian Ye (sekarang Nan Jing) yaitu Ibukota Kerajaan Wu. Raja Wu saat itu adalah Sun Hao [孙皓] yang kemudian menyerah diri tanpa terjadinya peperangan. Tiga Kerajaan pada Samkok yakni Kerajaan Wei, Kerajaan Shu dan Kerajaan Wu akhirnya berhasil dipersatukan kembali menjadi satu kesatuan dalam pemerintahaan Dinasti Jin.

Kaisar Jin Wu Di kemudian mengangkat beberapa pejabat semarga yang berjasa terhadapnya menjadi Raja dan melakukan reformasi terhadap Sistem kepegawaian, Sistem Militer serta memperbaiki Sistem Pemerintahan. Tetapi Pejabat pemerintahan saat itu yang sebagian besar hanya mementingkan kepentingan mereka sendiri, sehingga kebijakan-kebijakan baru tersebut tidak dapat berjalan sesuai dengan harapannya. Oleh karena itu, Perekonomian pada awal Dinasti Jin tidak mengalami perkembangan yang berarti.

Tahun 290, Kaisar Jin Wu Di (Sima Yan) meninggal dunia, putra keduanya Sima Zhong [司马衷] naik tahta dengan gelar Kaisar Jin Hui Di [晋惠帝]. Kaisar Jin Hui Di bukanlah seorang Kaisar yang bijak, sehingga kekuasaannya dipegang oleh Permaisuri Jia [皇后贾氏]. Para Raja Negara Adipati yang bermarga Sima kemudian memberontak dengan alasan untuk membunuh Permaisuri Jia, tetapi pada kenyataannya adalah ingin melakukan kudeta (perebutan kekuasaan). Peristiwa ini kemudian dikenal dalam sejarah dengan sebutan “Ba Wang Zi Luan [八王之乱]” atau “Pemberontakan Delapan Raja Adipati”. Kedelapan Raja Adipati tersebut diantaranya adalah Raja Ru Nan [汝南王], Raja Chu [楚王], Raja Qi [齐王], Raja Zhao [赵王], Raja Cheng Du [成都王], Raja Chang Sha [长沙王], Raja He Jian [河间王] dan Raja Dong Hai [东海王].

Tahun 299, Raja Zhao yang memberontak berhasil membunuh Permaisuri Jia beserta kelompoknya sehingga Raja Zhao berhasil menguasai sepenuhnya pemerintahan Dinasti Jin dan pada tahun 301 memaksa Kaisar Jin Hui Di menyerahkan tahta kekaisaran kepadanya. Setelah itu, perang perebutan kekuasaan kerap terjadi diantara Raja-raja tersebut yang menyebabkan Dinasti Jin berada dalam kondisi perang saudara. Akhirnya pada tahun 306, Raja Dong Hai membunuh Kaisar Jin Hui Di yang telah turun tahta tersebut dan mengangkat Putra ke 25 Kaisar Jin Wu Di (Sima Yan) yang bernama Sima Chi [司马炽] menjadi Kaisar baru dengan gelar Kaisar Jin Huai Di [晋怀帝]. Dengan naiknya Kaisar Jin Huai Di, Pemberontakan Delapan Raja Adipati dinyatakan berakhir.

Pemberontakan Delapan Raja Adipati ini menyebabkan pemerintahan Dinasti Jin semakin lemah. Pemberontakan Rakyat yang ingin menggulingkan Dinasti Jin juga terjadi di hampir semua wilayah kekuasaan Dinasti Jin. Di Luar, Dinasti Jin juga mengalami berbagai ancaman dari negara-negara tetangga seperti Negara Xiong Nu [匈奴] dan Negara Xian Bei [鲜卑].

Tahun 308, Raja Xiong Nu yang bernama Liu Yuan [刘渊] menobatkan diri menjadi Kaisar dan memindahkan Ibukotanya ke Kota Ping Yang [平阳] (sekarang di Shan Xi). Sasaran utamanya adalah menggulingkan pemerintahan Dinasti Jin. Setelah naik tahta menjadi Kaisar, Liu Yuan langsung memerintahkan putranya Liu Cong [刘聪] menyerang Ibukota Dinasti Jin, Luo Yang. Pemerintahan Dinasti Jin pada saat itu sebenarnya berada di bawah kekuasaan Raja Dong Hai. Untuk menyelematkan diri, Raja Dong Hai beserta 40 ribu prajurit dan pejabat memundurkan diri ke wilayah Xiang [项], tetapi tidak lama kemudian Raja Dong Hai meninggal dunia karena kesedihan yang luar biasa.

Liu Cong dengan cepat mengambil kesempatan tersebut dan mengepung Kota Luo Yang serta berhasil menculik Kaisar Jin Huai Di (Sima Chi). Setelah Kaisar Jin Huai Di diculik, Gubernur Yu Zhou dan Gubernur Yong Zhou langsung mengangkat cucu dari Kaisar Jin Wu Di yang bernama Sima Ye [司马邺] menjadi Kaisar Jin yang baru dan menetapkan Chang’an sebagai Ibukotanya.  Tetapi dalam waktu yang sangat singkat yaitu tahun 316, Chang’an dikepung oleh pasukan Xiong Nu, Kaisar Jin yang baru Sima Ye menyerahkan diri. Dinasti Jin Barat berakhir.

Pada masa pemerintahan Dinasti Jin Barat, perekonomian maupun industri kerajinan tangan tidak dapat berkembang dengan baik. Hal ini dikarenakan sering terjadinya peperangan dan ketidakstabilan perpolitikan yang menyebabkan pemerintah Dinasti Jin tidak dapat menerapkan kebijakan baru dengan baik.

Dinasti Jin Barat yang berkuasa selama 51 tahun dan memiliki 4 Kaisar ini merupakan Dinasti Kekaisaran Pertama yang digulingkan oleh Suku minoritas.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*