Sejarah Dinasti Qing

Sejarah Dinasti QingDinasti Qing (Tahun 1616 ~ 1911) adalah Dinasti Kerajaan terakhir dalam sejarah China dan juga merupakan Dinasti Kerajaan kedua yang didirikan oleh suku Minoritas. Dinasti Qing didirikan oleh suku minoritas Manchu [满族], oleh karena itu Dinasti Qing sering disebut juga Dinasti Manchu. Setelah Dinasti Qing, China memasuki era baru dengan sistem Pemerintahan Republik.

Suku Nu Zhen[女真族] merupakan pendahulunya Suku Manchu adalah suku minoritas yang bertempat tinggal di daerah Hei Long Jiang China dengan mata pencaharian sebagai peternak dan pemburu hewan. Pada masa akhir-akhirnya Dinasti Ming sekitar tahun 1616, Suku Nu Zhen yang dipimpin oleh Ai Xin Jue Luo – Nu Er Ha Chi [爱新觉罗·努尔哈赤] mendirikan Kerajaan yang bernama “Hou Jin [后金]” dan menyatakan kemerdekaannya dari pemerintahaan Dinasti Ming. Meskipun Dinasti Ming berkali-kali melakukan penyerangan terhadap Kerajaan Jin (Hou Jin), tetapi tidak pernah berhasil.

Pada tahun 1636, Putra Nu Er Ha Chi yang bernama Huang Tai Ji [皇太极] sebagai penerus tahta kerajaan menggantikan nama kerajaannya menjadi Qing [清] dan memulai peperangan untuk memusnahkan Dinasti Ming. Tahun Ke-17 Kaisar Ming Chong Zhen [明崇祯], Pemberontak Li Zi Cheng berhasil menduduki Ibukota Dinasti Ming yaitu Beijing dan Kaisar Ming Chong Zhen akhirnya memilih untuk bunuh diri di Gunung Mei. Militer Qing kemudian mengambil kesempatan ini dan bekerjasama dengan Jenderal Ming yang bernama Wu San Gui berhasil menduduki Ibukota Dinasti Ming dengan mudah. Pada saat itu, Huang Tai Ji telah meninggal dunia, putranya Fu Ling yang dibantu oleh Duo Er Gun memindahkan Ibukota Dinasti Qing ke Bei Jing.

Pada masa pemerintahaan Kaisar Sun Zhi [顺治] (Qing Shi Zu [清世祖]), Pemerintah Dinasti Qing melakukan pembasmian terhadap tentara Li Zi Cheng dan sisa-sisa kekuatan Militer Dinasti Ming. Pada tahun ke 18 Kaisar Sun Zhi, Wu San Gui memimpin penyerangan ke daerah Myanmar dan berhasil membasmi kekuatan terakhir Dinasti Ming. Dinasti Qing akhirnya berhasil menguasai keseluruhan China.

Wu San Gui, Geng Zhong Ming dan Shang Ke Xi mempunyai Jasa dalam penaklukan Dinasti Ming, oleh karena itu, mereka diberikan gelar Raja dan diberikan wilayah kekuasaan masing-masing di Yun Nan, Fu Jian dan Guang Dong. Pada Tahun 1662, Kaisar Shun Zhi wafat, Putranya Xuan Ye [玄晔] naik tahta menjadi Kaisar Qing Sheng Zu [清圣 祖] dengan sebutan masa pemerintahan Kang Xi [康熙]. Kaisar Kang Xi merupakan salah satu Kaisar yang terkenal dalam Sejarah China. Dalam masa pemerintahan Kaisar Kang Xi, Dinasti Qing mengalami kemajuan yang sangat pesat. Pada awal pemerintahannya, Kaisar Kang Xi yang masih kecil dibantu oleh para pejabat pembantu seperti Ao Bai, Suo Ni dan Su Ke Sha Ha sehingga kekuasaan dan kebijakan Kaisar sepenuhnya dipegang oleh para pejabat pembantu tersebut. Untuk dapat memegang kekuasaan sendiri, Kaisar Kang Xi kemudian menyingkirkan Ao Bai dan kawan-kawannya pada usia 16 tahun. Pada tahun ke-8, Kaisar Kang Xi berhasil memberantas pemberontakan Wu San Gui, Geng Zhong Ming dan Shang Ke Xi, memberantas pemberontakan Tibet, memberantas pemberontakan Suku Zhun Ge Er,  menenangkan Keluarga Zheng di Taiwan dan memukul mundur penyerangan Rusia. Dalam Bidang Perekonomian, Kaisar Kang Xi membatalkan sistem pembagian wilayah khusus untuk suku Manchu, mendorong rakyatnya membuka lahan pertanian yang baru, memperbaiki perairan, menurunkan pajak pertanian sehingga sektor pertanian dapat berkembang dengan cepat.

Setelah Kaisar Kang Xi, penerus tahta Kekaisaran adalah Kaisar Yong Zheng [雍正帝] yang kemudian diturunkan lagi ke Kaisar Qian Long [乾隆帝]. Kaisar Qian Long juga merupakan Kaisar yang Bijak dan terkenal dalam Sejarah China. Dalam masa pemerintahaan Kaisar Qian Long yang berlangsung selama 60 tahun, Dinasti Qing makin kuat dan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dalam masa pemerintahan Kaisar Kang Xi, Yong Zheng dan Qian Long, Dinasti Qing menikmati kestabilan Politik, Rakyat hidup makmur dan sejahtera sehingga dalam sejarah masa tersebut disebut dengan “Kang Qian Sheng Shi [康乾盛世]”  yaitu masa kejayaan Kaisar Kang Xi dan Kaisar Qian Long.

Tahun 1796, Kaisar Qian Long yang berumur 88 tahun memberikan tahta kekaisarannya kepada anaknya Yong Yan [颙琰] dengan gelar Kaisar Ren Zong [仁宗], sebutan masa pemerintahannya adalah Jia Qing [嘉庆]. Kaisar Qing Long sendiri menobatkan dirinya sebagai Tai Shang Huang [太上皇] yaitu Maharaja. Kaisar Jia Qing tidak memiliki kemampuan seperti Kaisar-kaisar pendahulunya sehingga dalam masa pemerintahannya hanya meneruskan kebijakan politik ayahnya. Dinasti Qing mengalami masa perkembangan yang lamban.

Tahun 1821, Kaisar Jia Qing wafat, Dao Guang naik tahta dengan gelar Kaisar Qing Xuan Zong [宣宗]. Pada masa Kaisar Dao Guang, Negara-negara barat mulai memasuki wilayah China. Negara-negara Barat tersebut menggunakan Candu sebagai bahan perdagangannya sehingga banyak rakyat China yang mengalami kecanduan dan memiliki ketergantungan yang luar biasa terhadap candu tersebut. Tahun 1838, Kaisar Dao Guang memerintahkan Lin Ze Xu [林则徐] sebagai utusan kekaisaran menuju ke Guang Dong untuk mengadakan larangan terhadap penggunaan Candu. Lin Ze Xu kemudian menangkap pengedar candu dan menyita sekitar 2 jutaan kilogram candu serta menghancur candu sitaan tersebut di depan umum tepatnya di daerah Pintu Harimau [虎门].

Pada tahun 1840, Kerajaan Inggris menyatakan peperangan terhadap China dengan alasan untuk melindungi warganya yang berada di China.  Kerajaan Inggris kemudian mengirimkan Kapal Perang untuk menyerang Guang Zhou. Militer Inggris berhasil mengepung daerah Zhu Jiang Gou, menduduki Zhe Jiang Ding Hai hingga mendekati Kota Nan Jing. Kaisar Dao Guang sangat panik dengan kekuatan militer Inggris dan mengutuskan Qi Shan untuk melakukan negosiasi dengan Inggris. Pada saat yang sama untuk menenangkan Inggris, Lin Ze Xu dihukum, Pelabuhan Guang Zhou dibuka kembali. Tetapi Inggris masih tidak puas dan terus melakukan penyerangan terhadap Hu Men, Ning Bo, dan Xia Men serta menguasai daerah Wu Song pada tahun 1842. Dengan demikian, Pemerintah Dinasti Qing terpaksa menandatangani Perjanjian Nan Jing [南京条约]. Perancis dan Amerika Serikat juga melakukan hal yang sama seperti Inggris, kemudian memaksa China untuk menandatangani Perjanjian Huang Bu [黄埔条约]  dengan Perancis dan Perjanjian Wang Xia [望夏条约] dengan Amerika Serikat.

Pada tahun 1851 masa pemerintahan Kaisar Xian Feng [咸丰], terjadi pemberontakan “Tai Ping Tian Guo [太平天国]”  yang dipimpin oleh Hong Xiu Quan [洪秀全]. Hong Xiu Quan mendeklarasikan pemberontakannya di Propinsi Guang Xi Kabupaten Gui Ping, Desa Jin Tian. Dalam waktu 2 tahun, militer Tai Ping berhasil merebut Han Yang, Yue Zhou, Han Kou dan Nan Jing. Pada tahun 1853, Tai Ping Tian Guo menetapkan Ibukotanya di Nan Jing. Tetapi karena terjadinya Insiden Tian Jing pada tahun 1856 yang mengakibatkan sebagian tentara dibawah pimpinan Jenderal Shi Da Kai memisahkan diri dari Negara Tai Ping Tian Guo yang tentu sangat merugikan Negara Tai Ping Tian Guo. Pemerintah Dinasti Qing juga terus melakukan peperangan untuk menghancurkan pemberontakan Tai Ping Tian Guo. Akhirnya pada tahun 1846, Militer Dinasti Qing dibawah pimpinan Zheng Guo Fan [曾国藩] berhasil menghancurkan kekuatan Tai Ping Tian Guo. Pemberontakan Tai Ping Tian Guo dinyatakan berakhir.

Pada Tahun 1856 sampai 1860, Perancis mendeklarasikan peperangan dengan China yang dalam sejarah dikenal dengan sebutan “Perang Candu ke-2”. Dinasti Qing mengalami kekalahan yang mengakitbatkan Kaisar Qing Xian Feng terpaksa untuk mundur ke “Bi Shu Shan Zhuang”.  Tahun 1856, Inggris dan Perancis berhasil menduduki bagian barat Taman Yuan Ming Yuan [圆明园] Ibukota Bei Jing. Mereka juga membakar Taman yang megah tersebut. Setelah kejadian tersebut, Dinasti Qing terpaksa harus menandatangani perjanjian Tian Jing, Perjanjian Bei Jing dan Perjanjian Ai Hui yang menguntungkan pihak asing terutama Inggris dan Perancis. Perjanjian-perjanjian tersebut juga memaksa pemerintah Dinasti Qing untuk memberikan sebagian besar wilayah China kepada pihak asing.

Tahun 1862, Kaisar Qing Xian Feng wafat di Bi Shu Shan Zhuang. Pangeran Zai Chun [载淳] naik tahta dengan gelar Kaisar Tong Zhi [同治]. Karena masih berumur muda, Ibu Suri Ci Xi [慈禧太后] memegang kekuasaan kekaisaran sehingga kebijakan-kebijakan penting semua diputuskan oleh Ibu Suri Ci Xi. Hal tersebut dikenal dengan istilah Pemerintahan dibalik tirai. Ibu Suri Ci Xi memegang kekuasaan Dinasti Qing hampir setengah abab mulai dari Kaisar Tong Zhi sampai Kaisar Guang Xu. Di masa kekuasaan Ibu Suri Ci Xi terjadi beberapa peperangan dengan Perancis dan Jepang yang mengakibatkan China melepas Taiwan ke tangan Jepang dan membayar ganti rugi perang.

Tahun 23 Kaisar Guang Xu (Tahun 1989), Kaisar Guang Xu melakukan Reformasi untuk memperbaiki kondisi China yang makin memburuk, tetapi reformasi tersebut hanya bertahan 103 hari setelah Ibu Suri Ci Xi berhasil menahan Kaisar Guang Xu untuk tidak melakukan komunikasi dengan luar dan menangkap 6 orang pemikir reformasi. Diantaranya Kang You Wei dan Liang Qi Chao yang terpaksa harus mengungsi keluar negeri.

Setelah kegagalan Reformasi, di bagian utara China terjadi pemberontakan Boxer [义和团运动] dengan slogan perjuangan “Mendukung Qing, Menghancurkan Asing (Fu Qing Mie Yang [扶清灭洋])”.  Sekutu 8 negara yang terdiri dari Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Rusia, Jepang, Jerman, Italia dan Austria sekali lagi melakukan serangan terhadap China dan menduduki Bei Jing. Ibu Suri Ci Xi dan Kaisar Guang Xu terpaksa melarikan diri. Setelah itu, Dinasti Qing terpaksa menandatangani Perjanjian Xin Chou [辛丑条约] yang mengharuskan pemerintah Dinasti Qing menghancurkan Pemberontakan Boxer serta ganti rugi kepada sekutu 8 negara tersebut.

Dinasti Qing makin hari makin lemah, sejumlah patriot membentuk organisasi untuk menyelamatkan bangsa dan negeri tercintanya. Diantaranya adalah Sun Zhong Shan (Sun Yat Sen) [孙中山] yang membentuk organisasi yang bernama Xing Zhong Hui [兴中会] pada tahun 1894 dengan tujuan untuk membangkitkan kembali Bangsa China dan membentuk Negara China menjadi Negara Republik. Tahun 1905, Sun Zhong Shan (Sun Yat Sen) mempersatukan kekuatan revolusi China di seluruh penjuru dunia dan membentuk Organisasi baru yang bernama “Tong Meng Hui [同盟会]” yang kemudian berkembang menjadi Partai Nasional China atau KuoMinTang [国民党].

Pada tahun 1911 terjadi pemberontakan di Wu Chang dan hanya dalam waktu 2 bulan, puluhan Propinsi medeklarasikan kemerdekaannya dari Dinasti Qing. Tanggal 01 Januari 1912, terbentuklah Republik China di Nan Jing, Sun Zhong Shan (Sun Yat Sen) dipilih sebagai Presiden dan pada tahun yang sama tanggal 2 Februari, Kaisar Qing dipaksa mundur. Dengan demikian pemerintahan Dinasti Qing yang berlangsung selama 295 tahun dinyatakan berakhir.

Kaisar Dinasti Qing yang terakhir adalah Ai Xin Jue Luo Pu Yi [爱新觉罗-溥仪] atau disebut juga Kaisar Xuan Tong [宣统].

Anda dapat membaca daftar Kaisar Dinasti Qing di artikel : Daftar Kaisar-kaisar di Dinasti Qing China

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*